You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Paninggaran
Paninggaran

Kec. Paninggaran, Kab. Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI DESA PANINGGARAN KECAMATAN PANINGGARAN KABUPATEN PEKALONGAN #

SEJARAH DESA PANINGGARAN

Administrator 27 Desember 2024 Dibaca 23 Kali

Sejarah Desa
Dari beberapa informasi yang didapatkan mengenai sejarah desa Paninggaran, mengungkapkan bahwa sejarah desa Paninggaran tidak terlepas dari salah satu anak raja Siliwangi di Bandung, yaitu Pangeran Walangsungsang.
Ketika Prabu Siliwangi bertahta di Tatar Sunda, Ia Berkuasa atas wilayah dari Ujung Kulon hingga Cipamali (Kali Pemali). Dari salah seorang Prameswarinya yang beragama islam, yaitu Nyai Putri Subanglarang, ia berputra tiga orang yaitu (1) Pangeran Walangsungsang ; (2) Nyai Putri Larasantang ; (3) dan Raja Sangara.
Ketiga putranya itu diijinkan untuk mengikuti agama Ibunya yang Islam. Namun sebagai putra raja, Pangeran Walangsungsang tidak merasa puas belajar mengaji dari Ibunya saja. Ia menjadi “Satria Pengembara” mencari guru – guru agama yang dianggapnya memiliki ilmu islam yang tinggi.
Dalam suatu pengembaraannya di gunung Merapi, dari orang – orang tua disana memberikan wejangan “kalau ingin menemukan guru agama yang baik dan tinggi ilmunya, temui saja Syekh Datuk Kahfi di Pesantren Amparan Jati Cirebon.
Pangeran Walangsungsang berangkat dari Gunung Merapi ke Cirebon dengan cara jalan memintas. Dalam perjalanannya menuju Cirebon, berkali – kali Pangeran Walangsungsang berhenti dan beristirahat di berbagai tempat. Di setiap persinggahan, Pangeran Walangsungsang mengajarkan berbagai ilmu, diantaranya ilmu agama islam, Ilmu bertani dan berladang, juga ilmu berburu binatang buas, Ilmunya itu dipelajari oleh masyarakat yang disinggahinya.
Di sebuah pedukuhan, Pangeran Walangsungsang dikenal sebagai ahli bertani. Ilmu bercocok tanam ini dinamakan masyarakat dengan sebutan “Tanduran” oleh karena Pangeran Walangsungsang tak pernah memberitahukan nama aslinya (sedang menyamar) sehingga oleh masyarakat dan murid – muridnya hanya dikenal sebagai “Mbah Wali Tanduran”.
Kegemarannya sebagai pemburu Binatang buas, sehingga oleh masyarakat setempat dikenal juga sebagai “Paninggaran” hingga kini sebutan itu melekat erat dan dijadikan nama desa yang juga Kecamatan, yaitu Desa Paninggaran dan Kecamatan Paninggaran.
Selama Pangeran Walangsungsang tinggal di Dusun yang sekarang dikenal “Paninggaran”, Adiknya, Nyai Putri Larasantang mencarinya, dikawal ketat oleh Pasukan Khusus Pajajaran yang terdiri dari “Harimau Lodaya”.
Dalam dzikirnya itu. Nyai Putri Larasantang mendapatkan petunjuk ghaib. Bahwa kakaknya yang ia cari sudah berada di pesantren Amparan Jati Cirebon. Akhirnya Nyai Putri Larasantang bertemu dengan kakaknya di Pesantren Amparan Jati, yaitu Raja Sangara. Setelah menamatkan ilmu Agama Islam, ketiga Putra putri Prabu Siliwangi itu, pergi menunaikan Ibadah Haji ke Mekkah.
Dukuh sebagai Cikal-Bakal (Pertama) tempat murid – muridnya Mbah Wali Tanduran disebut “Dukuh Pesantren” yang hingga kini terdiri dari Sebelas Rumah, dikenal sebagai “Kampung Pesantren”.
Puncak Gunung tempat pertapaan (peristirahatan) Nyai Putri Larasantang yang pertama, kemudian dikenal sebagai Gunung Pajajaran. Sedangkan bukit tempat peristirahatan yang kedua dikenal sebagai Gunung Santri.
Wallahu a’lam Bishawab.
Sejarah Desa Paninggaran telah tersusun atas bantuan informasi dari :
1. Bapak H. Suwadi Alm. (Tokoh Masyarakat Desa Paninggaran)
2. Bapak Kyai Muhammad Abdussalam Alm. (Tokoh Ulama Desa Paninggaran)
3. Bapak Kyai Haji Syarifudin (Tokoh Ulama Wonopringgo)
4. Masyarakat Desa Paninggaran yang dipimpin oleh Bapak H. Ahmad Hilal Sebagai Kepala Desa Paninggaran
5. Pustaka Purwaka Caruban Nagari, Transliterasi Pangeran Sulaiman Selendraningrat, Keprabon Cirebon.
6. Pustaka Pangeran Wangsa Kerta Cirebon.
Adapun yang pernah menjabat kepala desa Paninggaran sampai sekarang adalah :
1. Bp. Abdul wahid
2. Bp. Muslim
3. Bp. Wasaan
4. Bp. Kartim
5. Bp. Tachari
6. Bp. H.A. Hilal
7. Bp. Anas Gatot
8. Bp. H. Son Hadi, SH
9. Bp. H. Son Hadi, SH
10. Bp. Ir. Rusdiyono
11. Bp. Ir. RusdiyonoSejarah Desa
Dari beberapa informasi yang didapatkan mengenai sejarah desa Paninggaran, mengungkapkan bahwa sejarah desa Paninggaran tidak terlepas dari salah satu anak raja Siliwangi di Bandung, yaitu Pangeran Walangsungsang.
Ketika Prabu Siliwangi bertahta di Tatar Sunda, Ia Berkuasa atas wilayah dari Ujung Kulon hingga Cipamali (Kali Pemali). Dari salah seorang Prameswarinya yang beragama islam, yaitu Nyai Putri Subanglarang, ia berputra tiga orang yaitu (1) Pangeran Walangsungsang ; (2) Nyai Putri Larasantang ; (3) dan Raja Sangara.
Ketiga putranya itu diijinkan untuk mengikuti agama Ibunya yang Islam. Namun sebagai putra raja, Pangeran Walangsungsang tidak merasa puas belajar mengaji dari Ibunya saja. Ia menjadi “Satria Pengembara” mencari guru – guru agama yang dianggapnya memiliki ilmu islam yang tinggi.
Dalam suatu pengembaraannya di gunung Merapi, dari orang – orang tua disana memberikan wejangan “kalau ingin menemukan guru agama yang baik dan tinggi ilmunya, temui saja Syekh Datuk Kahfi di Pesantren Amparan Jati Cirebon.
Pangeran Walangsungsang berangkat dari Gunung Merapi ke Cirebon dengan cara jalan memintas. Dalam perjalanannya menuju Cirebon, berkali – kali Pangeran Walangsungsang berhenti dan beristirahat di berbagai tempat. Di setiap persinggahan, Pangeran Walangsungsang mengajarkan berbagai ilmu, diantaranya ilmu agama islam, Ilmu bertani dan berladang, juga ilmu berburu binatang buas, Ilmunya itu dipelajari oleh masyarakat yang disinggahinya.
Di sebuah pedukuhan, Pangeran Walangsungsang dikenal sebagai ahli bertani. Ilmu bercocok tanam ini dinamakan masyarakat dengan sebutan “Tanduran” oleh karena Pangeran Walangsungsang tak pernah memberitahukan nama aslinya (sedang menyamar) sehingga oleh masyarakat dan murid – muridnya hanya dikenal sebagai “Mbah Wali Tanduran”.
Kegemarannya sebagai pemburu Binatang buas, sehingga oleh masyarakat setempat dikenal juga sebagai “Paninggaran” hingga kini sebutan itu melekat erat dan dijadikan nama desa yang juga Kecamatan, yaitu Desa Paninggaran dan Kecamatan Paninggaran.
Selama Pangeran Walangsungsang tinggal di Dusun yang sekarang dikenal “Paninggaran”, Adiknya, Nyai Putri Larasantang mencarinya, dikawal ketat oleh Pasukan Khusus Pajajaran yang terdiri dari “Harimau Lodaya”.
Dalam dzikirnya itu. Nyai Putri Larasantang mendapatkan petunjuk ghaib. Bahwa kakaknya yang ia cari sudah berada di pesantren Amparan Jati Cirebon. Akhirnya Nyai Putri Larasantang bertemu dengan kakaknya di Pesantren Amparan Jati, yaitu Raja Sangara. Setelah menamatkan ilmu Agama Islam, ketiga Putra putri Prabu Siliwangi itu, pergi menunaikan Ibadah Haji ke Mekkah.
Dukuh sebagai Cikal-Bakal (Pertama) tempat murid – muridnya Mbah Wali Tanduran disebut “Dukuh Pesantren” yang hingga kini terdiri dari Sebelas Rumah, dikenal sebagai “Kampung Pesantren”.
Puncak Gunung tempat pertapaan (peristirahatan) Nyai Putri Larasantang yang pertama, kemudian dikenal sebagai Gunung Pajajaran. Sedangkan bukit tempat peristirahatan yang kedua dikenal sebagai Gunung Santri.
Wallahu a’lam Bishawab.
Sejarah Desa Paninggaran telah tersusun atas bantuan informasi dari :
1. Bapak H. Suwadi Alm. (Tokoh Masyarakat Desa Paninggaran)
2. Bapak Kyai Muhammad Abdussalam Alm. (Tokoh Ulama Desa Paninggaran)
3. Bapak Kyai Haji Syarifudin (Tokoh Ulama Wonopringgo)
4. Masyarakat Desa Paninggaran yang dipimpin oleh Bapak H. Ahmad Hilal Sebagai Kepala Desa Paninggaran
5. Pustaka Purwaka Caruban Nagari, Transliterasi Pangeran Sulaiman Selendraningrat, Keprabon Cirebon.
6. Pustaka Pangeran Wangsa Kerta Cirebon.
Adapun yang pernah menjabat kepala desa Paninggaran sampai sekarang adalah :
1. Bp. Abdul wahid
2. Bp. Muslim
3. Bp. Wasaan
4. Bp. Kartim
5. Bp. Tachari
6. Bp. H.A. Hilal
7. Bp. Anas Gatot
8. Bp. H. Son Hadi, SH
9. Bp. H. Son Hadi, SH
10. Bp. Ir. Rusdiyono
11. Bp. Ir. Rusdiyono

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image